Kategori

Senin, 20 April 2015

PUISI TANGISAN ANAK NEGERI



PENGANTAR
NEGERI OPO TUMON
Aku tulis apa saja yang aku lihat dengan mata dan batin,
apakah ini puisi aku gak ngerti.
Semuanya mengenai JERITAN ANAK NEGERI,
tidak ada pretensi untuk menghakimi pemimpin negeri.
Ini sekadar curahan hati, ingatkan yang punya hati.
Tulisan ini gak bermutu, jangan ditiru dan bukan untuk guru.
Ini hanya  untuk menghibur diri  dan bukan pula untuk pelipur lara.
Apalagi menggurui sang penguasa.
Mohon maaf yang tersinggung rasa
Dimaklumi harapan saya
Trima kasih Tuhan Yang Esa
Memberi ridho dan hidayahNya
Memendam rindu ingin berjumpa
Lewat sembahyang di malam purnama
Semoga diterima
Amal yang tak seberapa.




                                                                                 Bekasi, Maret 2015
                                                                               AGUS BANDONO
                                                                              0812 8865 7744

  

NEGERI OPO TUMON
Ada satu negeri antah berantah
Mobil dan kemewahan dipertontonkan
Tarian suka diperlihatkan
Geliat asa dijanjikan
Heran, aneh, masygul, lucu jadi satu
Darah Biru anak baru jadi satu
Disetir untuk turuti nafsu
Takut keliru pimpin negeri
Milih orang-orang yang tak disukai
Bara api melahap politisi
Saling cakar dan mencaci
Rakyat negeri  tak peduli

Jualan bakso keliling kota
Harapan laris hanya di TV
Sangat kecil kekuatan membeli
Uang tersedot kebutuhan sehari-hari
Negeri loh jinawi hanya punya janji
Semuanya tak ditepati, rakyat menggenggam mimpi.
Dimana hati pemimpin negeri?
Tengok sana tengok sini mencari investasi
Pulang  bawa sepotong roti
Habis dibagi teman sendiri.
Beras,  Gas,BBM  selangit harga
Tiket Kerata Api dan pesawat tak terbeli
Tol naik, Rupiah Jeblok
Situasi Hukum tak menentu, Politik Onar melulu
 Birokrasi kelu, Jadwal molor selalu
Kedele impor. bayar listrik tekor.
Petani tak dilindungi dari jeratan konglomerasi
Barangkali Ini cerita Negeri loh jinawi
Tanyalah pada   Bang Jali,
 aku gak ngerti
(15 Maret 2015)



WAKIL NEGERI
Kuning atau  merah.
Hijau atau  bisa saja biru
Merah, kuning hijau  atau biru
Tak ada beda
Kau hanya lah pelangi
 Tak peduli kelaparan  anak negeri 
Sembunyi dibalik dasi
Demi sebuah gengsi
Sekali lagi
Kau hanyalah pelangi
( 15 maret 2015 )


NYALI ANAK NEGERI
Nyaliku Tak seperti Nyalimu
Nyaliku kecut
Nyalimu Menggelora
Di hamparan Luas Tanpa Rintangan
Tamparanmu menyakitkan
Menusuk dada tanpa Etika
Nyaliku Adalah Diamku
Tanpa tipu daya
Bersabar menanti hari esok
Sambil kurajut perca perca
Menjadi baju KEBENARAN
Entah kapan Ia datang
(27 Pebruari 2015 )




RAKYAT NEGERI YANG PENYABAR
Rakyat diajak Pintar
Disuruh Hidup sehat
  Didorong hidup sejahtera
  Dipaksa sabar
Untuk menahan perut lapar
Rumah reot, anak tak sekolah
( 17 Maret 2015)

CICAK DAN BUAYA NEGERI
Cicak kecil  loncat-loncat
 Cuma  mampu bunyi cek cek
beraninya nangkap nyamuk
Buaya besar ganas memangsa
Binatang apa saja
Mampu dikalahkan oleh cicak negeriku?
Yang tak punya nyali
 Hal yang mustahil
Itulah kenyataan Negeri
Yang masyur gagah berani
( Desember 2013)
  

PEKIK MERDEKA NEGERI
Merdekaaaaa, Perutku lapar
Mari membangun,Hatiku terkapar
Merdekaaaaa
Aku tak dengar
Mulutku kering
Merdekaaa
Aku tak beranjak
Mikir biaya untuk berobat
Merdekaaa Merdekaaa merdekaa
Memekakkan telinga
Sementara istriku berpulang
meninggalkan warisan 3 anak negeri yang tak sekolah
(23 Maret 2014 )


TAHUN BEGAL NEGERI
Tahun 1908 Tahun ide negeri
Tahun 1928 Tahun gerakan negeri
Tahun 1945 Tahun merdeka negeri
Tahun 1967  Tahun bangun negeri
Tahun 1998 Tahun reformasi negeri
Tahun 2015 Tahun begal negeri
Meski situasi aman, aku merasa ngeri
(18 Maret 2015 )
   
KORUPSI ANAK NEGERI

Korupsi harus dihukum mati
Malahan diberi remisi
Korupsi harus dikebiri
Malahan diberi proteksi
Korupsi harus berhenti
Malahan diberi hati
Korupsi makan hati
Malahan diberi simpati
Korupsi berhenti, tumpuan anak negeri
( Januari 2015 )


HARI BERSEJARAH NEGERI
Hari kemerdekaan apa hari kedurhakaan
Hari kebangklitan apa hari kebangkrutan
Hari pencerahan apa hari keresahan
Hari emansipasi apa hari kesandung sapi
Hari Pendidikan apa hari pendudukan
Ahh gak tahu lah
Yang Kupikir, besok makan apa
( Oktober 2013 )
  

PULAU KAYA NEGERI
Pulau besar kaya
Nuh jauh di sana
Kaya emas dan batubara
Rakyat (masih) Pakai Koteka.
Gak tahu siapa
Pemimpin negeri yang tega.
(September 2013)


INVOLUSI NEGERI
Revolusi , bukaan
Penjajah Gantian
Evolusi, bukaan
Semuanya gak banyak berubah
Negeri antah berantah
(Mei 2011)

NEGERI JUAL MIMPI
Aku hidup bahagia
Makan murah dan tak sulit
Sandang gampang dan tak mahal
Rumah sehat dan tak penat
Anak sekolah gak menengadah
Aku bangun
Ternyata aku mimpi
( Agustus 2012 )


NEGERI KATANYA
Katanya miskin
Mobil mewah berkeliaran
Katanya Kaya
Pengemis berhamburan
Katanya sederhana
Perhiasan berhamburan
Katanya merakyat
Kelakuannya tak bermartabat
Menghujat rakyat yang sudah sekarat
(Maret 2015 )


PAJAK NEGERI
Terpampang di setiap sudut kota
“Orang Bijak Bayar Pajak”
Banyak Pejabat ngemplang pajak
Kota bersih sumbangsih warga
“Dilarang buang sampah sembarangan”
Sampah diperebutkan
Demi Retribusi
Untuk menduduki kursi
pemimpin negeri
Ini bukan basa basi
( Bekasi, Pebruari 2015 )
  
AMIN ANAK NEGERI
 Namanya amin, artinya aman
Bila amiin, artinya Jujur
Tapi Ia
Sudah terlanjur Tidak mujur
Harta korupsi disimpan di singapur
Atas nama istri siri yang masyur.
Disita institusi yang mengatur.
Masuk penjara gak bisa tidur
Pelajaran bagi pemimpin  yang lupa dan ngawur
 Tuhan Tidak tidur
(Des 2015 )

  
TANAH NEGERI
Tiga ratus juta hektar tanah negeriku
Berserakan di seantero nusantara
Ada emas, batu bara, minyak dan gas
Di angkut negeri dongeng
Hutan gundul
Sawah gersang
Warisan anak bangsa
Yang sebentar lagi meregang
( Maret 2015)
  
TANGISAN ANAK NEGERI
Nenekku Malang
Karna Kayu sebatang
Ditendang ke bangsal tahanan
Oleh manusia  mati rasa
Tak punya belas kasihan dan
Rasa sayang
(Maret 2015 )
  
BENDERA NEGERI
Kibarkan bendera, bangga Negeri
Nyanyikan “Indonesia raya”, masukkan hati
Sematkan  garuda,gagah Berani
Hari-hari Aku saksikan
Saudaraku di pinggir kota
Di pelosok negeri
Menyayat hati.


PROFESI ANAK NEGERI
Aku bukan Dokter, Cuma tukang suntik
Aku Bukan Bidan , barangkali  Dukun bayi
Aku Bukan Dosen,  sekadar Tukang Mengajar
Aku Bukan pendidik, hanya guru kelas
Aku bukan Polisi, kayaknya penarik upeti
Aku bukan tentara, Cuma tukang perang
Semuanya itu
profesi negeri
Yang turun gengsi
( Januari 2012)

  

PAHLAWAN DEVISA NEGERI
Aku lelah, Tak pernah menyerah
Membanting tulang ke negeri orang
 Pramuwisma jabatanku
Begitu sopan, sapanya
Mengais rejeki
Memendam rindu
Korbankan martabat
Pahlawan devisa, katanya
Tak penting bagiku
Keluarga menanti
Mengharap  membawa segantang asa
Untuk keluarga.
Menangis?
Apa aku mampu keluarkan air mata.
Tertawa?
Apakah aku sanggup?
Merengek?
Apakah ada pemimpin negeri
Yang mampu mendengarkan
Keluh kesah dan
 Rintihan  “Sang Lain”
Perempuan yg Cuma punya
Tangan Dan kain
(Juli 2014)



HAI ANAK NEGERI
Hai anak negeri
Ayunkan langkah kaki
Lari pagi kemana pergi
Sehatkan jantung hati

Hai anak negeri
Lupakan sakit hati
Kendalikan emosi
Hindari demonstrasi, Caci maki
Mari bantu Bangun negeri

Hai anak negeri
Sosonglah matahari
Sambutlah rembulan
Hiraukan harapan
Tunaikan amanah
Jangan dengarkan hasutan
Bayangan asa
Yang tak kunjung ada.
( Bekasi, 2013 )

  
SENANDUNG ANAK NEGERI
Di desa
Kulihat hamparan luas
Padi menguning
Anak kecil berlarian
Bermain kecapi
Duduk termenung ibu tua
bercengkarama anak cucu
semu mengharu biru
 besok makan apa
tempe atau tahu.
Entahlah saya gak tahu.
Tetap bergembira
Riang selalu
Karena keikhlasan
Sudah diam di kalbu.
(Bekasi, Maret 2015 )

  
CITRA PEMIMPIN NEGERI
Satu tersapu, Dua diburu
Tiga membisu
Masuk bukan orang baru
Bercita jadi pahlawan
Hujatan menakar tujuan
Tunduk pada Ibu
Korupsi masih menggebu
Seperti melodrama
Berakhir pilu.
Sang Pemutus Tak tahu
Diam seribu bahasa
Tanpa kaki dan tangan
Menyerah tak peduli
Sumpah serapah Rakyat
Tak hiraukan, malu
Citra miliknya
Luntur selamanya
Kembali pada jati diri
Hanya punggawa kecil
Sosok biasa seperti dulu
Senyum tulus,bersahaja dan lugu
( Bekasi, maret 2015 )



BERTEPUK SEBELAH TANGAN
Asaku asa terbuang
Bagai pikiran tak bersarang
Di sebelah ada Ranting dan dedaunan
Berserakan di pinggir jalan
Meski aku tidak memliki
Akan aku bawa, Singkirkan rintangan
Mencoba mendaur ulang rasa
Hanya mimpi dan khayal
Aku Berharap tangan kau buka
Dan kamu berkata :
AKU BELUM BISA.
(Dumai,  Oktober 2013 )


HUKUMAN MATI DI NEGERI
Jeritan hati pesakitan
Keluarga menuntut grasi
Mengharap belas kasihan pemimpin negeri
Upaya berbaik hati
 Atas nama hak asasi
Tunda hukuman mati
Bukan karena ngeri menanggapi
Atas nama hukum harus dieksekusi
Tiang gantungan tak seberapa
Bandingkan korban ribuan pemuda
Karna narkoba
Mati rasa dan hidup sengsara
Korbankan Anak bangsa
Yang pupus asa
(Pebruari, 2015 )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar