PUISI-PUISI
NEGERI
OPO TUMON
*
*
*
OLEH
AGUS BANDONO.
PENGANTAR
NEGERI
OPO TUMON
Aku
tulis apa saja yang aku lihat dengan mata dan batin,
apakah
puisi atau bukan, itu soal lain.
Bercerita
JERITAN ANAK NEGERI,
Tiada
pretensi menghakimi pemimpin negeri.
Ini cahaya
kekuatan curahan hati, ingatkan yang punya hati.
Trima
kasih Tuhan Yang Esa
Memberi
ridho dan hidayahNya
Memendam
rindu ingin berjumpa
Lewat
sembahyang di malam purnama
Semoga
diterima
Amal
dan geliat anak negeri.
Bekasi, Maret 2015
AGUS BANDONO
0812 8865 7744
NEGERI
OPO TUMON
Mobil
dan kemewahan dipertontonkan
Tarian
suka diperlihatkan
Geliat
asa dijanjikan
Heran,
aneh, masygul, lucu jadi satu
Darah
Biru anak baru jadi satu
Disetir
untuk turuti nafsu
Takut
keliru pimpin negeri
Milih
orang-orang yang tak disukai
Bara
api melahap politisi
Saling
cakar dan mencaci
Rakyat
negeri tak peduli
Jualan
bakso keliling kota
Harapan
laris hanya di TV
Sangat
kecil kekuatan membeli
Uang
tersedot kebutuhan sehari-hari
Negeri
loh jinawi hanya punya janji
Semuanya
tak ditepati, rakyat menggenggam mimpi.
Dimana
hati pemimpin negeri?
Tengok
sana tengok sini mencari investasi
Pulang
bawa sepotong roti
Habis
dibagi teman sendiri.
Beras,
Gas,BBM
selangit harga
Tiket Kerata Api dan pesawat tak terbeli
Tiket Kerata Api dan pesawat tak terbeli
Tol
naik, Rupiah Jeblok
Situasi Hukum tak menentu, Politik Onar melulu
Birokrasi kelu, Jadwal molor selalu
Situasi Hukum tak menentu, Politik Onar melulu
Birokrasi kelu, Jadwal molor selalu
Kedele impor. bayar listrik tekor.
Petani
tak dilindungi dari jeratan konglomerasi
Barangkali Ini cerita Negeri loh jinawi
Tanyalah
pada Bang Jali,
Kalau ada yang gak ngerti
(15 Maret 2015)
(15 Maret 2015)
WAKIL
NEGERI
Kuning
atau merah.
Hijau atau bisa saja biru
Hijau atau bisa saja biru
Merah,
kuning hijau atau biru
Tak
ada beda
Kau
hanya lah pelangi
Tak peduli kelaparan anak negeri
Sembunyi
dibalik dasi
Demi
sebuah gengsi
Sekali
lagi
Kau
hanyalah pelangi
(
15 maret 2015 )
NYALI
ANAK NEGERI
Nyaliku
Tak seperti Nyalimu
Nyalimu menggelora tak kunjung padam
Di hamparan Luas Tanpa Rintangan
Tamparanmu menggugat kesadaran
Menyentuh hati berterus terang
Di hamparan Luas Tanpa Rintangan
Tamparanmu menggugat kesadaran
Menyentuh hati berterus terang
Dan Nyaliku pun bergerak
ketika tiba saatnya meninggalkan diamku
Tanpa tipu daya
Bersabar menanti hari esok
Sambil kurajut perca perca
Menjadi baju KEBENARAN
Bersabar menanti hari esok
Sambil kurajut perca perca
Menjadi baju KEBENARAN
Dan ia pasti datang
(27
Pebruari 2015 )
RAKYAT
NEGERI YANG PENYABAR
Rakyat diajak Pintar
Disuruh Hidup sehat
Didorong hidup sejahtera
Dipaksa sabar
Untuk menahan perut lapar
Rumah reot, anak tak sekolah
( 17
Maret 2015)
CICAK DAN BUAYA NEGERI
Cicak
kecil loncat-loncat
Cuma mampu bunyi cek cek
beraninya
nangkap nyamuk
Buaya
besar ganas memangsa
Binatang
apa saja
Mampu
dikalahkan oleh cicak negeriku?
Yang
tak punya nyali
Hal yang mustahil
Itulah
kenyataan Negeri
Yang
masyur gagah berani
(
Desember 2013)
PEKIK
MERDEKA NEGERI
Merdekaaaaa,
Perutku lapar
Mari
membangun,Hatiku terkapar
Merdekaaaaa
Aku
tak dengar
Mulutku
kering
Merdekaaa
Aku
tak beranjak
Mikir
biaya untuk berobat
Merdekaaa
Merdekaaa merdekaa
Memekakkan
telinga
Sementara
istriku berpulang
meninggalkan
warisan 3 anak negeri yang tak sekolah
(23
Maret 2014 )
TAHUN
BEGAL NEGERI
Tahun
1908 Tahun ide negeri
Tahun
1928 Tahun gerakan negeri
Tahun
1945 Tahun merdeka negeri
Tahun
1967 Tahun bangun negeri
Tahun
1998 Tahun reformasi negeri
Tahun
2015 Tahun begal negeri
Meski
situasi aman, aku merasa ngeri
Ke
depan harus lebih baik dari kini
(18
Maret 2015 )
KORUPSI
ANAK NEGERI
Korupsi
harus dihukum mati
Malahan
diberi remisi
Korupsi
harus dikebiri
Malahan
diberi proteksi
Korupsi
harus berhenti
Malahan
diberi hati
Korupsi
makan hati
Malahan
diberi simpati
Korupsi
berhenti, tumpuan anak negeri
(
Januari 2015 )
HARI
BERSEJARAH NEGERI
Hari
kemerdekaan apa hari kedurhakaan
Hari
kebangklitan apa hari kebangkrutan
Hari
pencerahan apa hari keresahan
Hari
emansipasi apa hari kesandung sapi
Hari
Pendidikan apa hari pendudukan
Ahh
gak tahu lah
Yang
Kupikir, besok makan apa
(
Oktober 2013 )
PULAU
KAYA NEGERI
Pulau
besar kaya
Nuh
jauh di sana
Kaya
emas dan batubara
Rakyat
(masih) Pakai Koteka.
Gak
tahu siapa
Pemimpin
negeri yang tega.
(September
2013)
INVOLUSI NEGERI
Revolusi
, bukaan
Penjajah
Gantian
Evolusi,
bukaan
Semuanya
gak banyak berubah
Negeri
antah berantah
(Mei 2011)
NEGERI
JUAL MIMPI
Aku
hidup bahagia
Makan
murah dan tak sulit
Sandang
gampang dan tak mahal
Rumah
sehat dan tak penat
Anak
sekolah gak menengadah
Aku
bangun
Ternyata
aku mimpi
(
Agustus 2012 )
NEGERI
KATANYA
Katanya
miskin
Mobil
mewah berkeliaran
Katanya
Kaya
Pengemis
berhamburan
Katanya
sederhana
Perhiasan
bertaburan
Katanya
merakyat
Kelakuannya
tak bermartabat
Menghujat
rakyat yang sudah sekarat
(Maret
2015 )
PAJAK
NEGERI
Terpampang
di setiap sudut kota
“Orang
Bijak Bayar Pajak”
Banyak
Pejabat ngemplang pajak
Kota
bersih sumbangsih warga
“Dilarang
buang sampah sembarangan”
Sampah
diperebutkan
Demi
Retribusi
Untuk
menduduki kursi
Para
pejabat negeri
Ini
bukan basa basi
(
Bekasi, Pebruari 2015 )
AMIN
ANAK NEGERI
Namanya amin, artinya aman
Bila
amiin, artinya Jujur
Tapi
Ia
Sudah
terlanjur Tidak mujur
Harta
korupsi disimpan di singapur
Atas
nama istri siri yang masyur.
Disita
institusi yang mengatur.
Masuk
penjara gak bisa tidur
Pelajaran
bagi pemimpin yang lupa dan ngawur
Tuhan Tidak tidur
(Des
2015 )
TANAH
NEGERI
Tiga
ratus juta hektar tanah negeriku
Berserakan
di seantero nusantara
Ada
emas, batu bara, minyak dan gas
Di
angkut negeri dongeng
Hutan
gundul
Sawah
gersang
Warisan
anak bangsa
Yang
sebentar lagi meregang
(
Maret 2015)
TANGISAN
ANAK NEGERI
Nenekku
Malang
Karna
Kayu sebatang
Ditendang
ke bangsal tahanan
Oleh
manusia mati rasa
Tak
punya belas kasihan dan
Rasa
sayang
(Maret
2015 )
BENDERA
NEGERI
Kibarkan
bendera, bangga Negeri
Nyanyikan
“Indonesia raya”, masukkan hati
Sematkan
garuda,gagah Berani
Hari-hari
Aku saksikan
Saudaraku
di pinggir kota
Di
pelosok negeri
Menyayat
hati.
PROFESI
ANAK NEGERI
Aku
bukan Dokter, Cuma tukang suntik
Aku
Bukan Bidan , barangkali Dukun bayi
Aku
Bukan Dosen, sekadar Tukang Mengajar
Aku
Bukan pendidik, hanya guru kelas
Aku
bukan Polisi, seperti penarik upeti
Aku
bukan tentara, Cuma tukang perang
Semuanya
itu
profesi
negeri Yang turun gengsi
(
Januari 2012)
PAHLAWAN
DEVISA NEGERI
Aku
lelah, Tak pernah menyerah
Membanting
tulang ke negeri orang
Pramuwisma jabatanku
Begitu
sopan, sapanya
Mengais
rejeki
Memendam
rindu
Korbankan
martabat
Pahlawan
devisa, katanya
Tak
penting bagiku
Keluarga
menanti
Mengharap
membawa segantang asa
Untuk
keluarga.
Menangis?
Apa
aku mampu keluarkan air mata.
Tertawa?
Apakah
aku sanggup?
Merengek?
Apakah
ada pemimpin negeri
Yang
mampu mendengarkan
Keluh
kesah dan
Rintihan “Sang Lain”
Perempuan
yg Cuma punya
Tangan
Dan kain
(Juli
2014)
HAI ANAK NEGERI
Hai
anak negeri
Ayunkan
langkah kaki
Lari
pagi kemana pergi
Sehatkan
jantung hati
Hai
anak negeri
Lupakan
sakit hati
Kendalikan
emosi
Hindari
demonstrasi, Caci maki
Mari
bantu Bangun negeri
Hai
anak negeri
Songsonglah
matahari
Sambutlah
rembulan
Hiraukan
harapan
Tunaikan
amanah
Jangan
dengarkan hasutan
Bayangan
asa
Yang
tak kunjung ada.
(
Bekasi, 2013 )
SENANDUNG ANAK NEGERI
Di
desa
Kulihat
hamparan luas
Padi
menguning
Anak
kecil berlarian
Bermain
kecapi
Duduk
termenung ibu tua
bercengkarama
anak cucu
semu
mengharu biru
besok makan apa
tempe
atau tahu.
Entahlah
saya gak tahu.
Tetap
bergembira
Riang
selalu
Karena
keikhlasan
Sudah
diam di kalbu.
(Bekasi,
Maret 2015 )
CITRA
PEMIMPIN NEGERI
Satu
tersapu, Dua diburu
Tiga
membisu
Masuk
bukan orang baru
Bercita
jadi pahlawan
Hujatan
menakar tujuan
Tunduk
pada Ibu
Korupsi
masih menggebu
Seperti
melodrama
Berakhir
pilu.
Sang
Pemutus Tak tahu
Diam
seribu bahasa
Tanpa
kaki dan tangan
Menyerah
tak peduli
Sumpah
serapah Rakyat
Tak
hiraukan, malu
Citra
miliknya
Luntur
selamanya
Kembali
pada jati diri
Hanya
punggawa kecil
Sosok
biasa seperti dulu
Senyum
tulus,bersahaja dan lugu
(
Bekasi, maret 2015 )
BERTEPUK
SEBELAH TANGAN
Asaku
asa terbuang
Bagai
pikiran tak bersarang
Di
sebelah ada Ranting dan dedaunan
Berserakan
di pinggir jalan
Meski
aku tidak memiliki
Akan
aku bawa, Singkirkan rintangan
Mencoba
mendaur ulang rasa
Hanya
mimpi dan khayal
Aku
Berharap tangan kau buka
Dan berkata :
AKU
BELUM BISA.
(Dumai, Oktober 2013 )
HUKUMAN
MATI DI NEGERI
Jeritan
hati pesakitan
Keluarga
menuntut grasi
Mengharap
belas kasihan pemimpin negeri
Upaya
berbaik hati
Atas nama hak asasi
Tunda
hukuman mati
Bukan
karena ngeri menanggapi
Atas
nama hukum harus dieksekusi
Tiang
gantungan tak seberapa
Bandingkan
korban ribuan pemuda
Karna
narkoba
Mati
rasa dan hidup sengsara
Korbankan
Anak bangsa
Yang
pupus asa
(Pebruari,
2015 )